Seorang muslim senantiasa khawatir akan nasibnya kelak di hari Kiamat
atau hari Berbangkit. Sebab ia paham bahwa pada hari itu umat manusia
akan dibangkitkan dan dikumpulkan di Padang Mahsyar sedangkan matahari
berada sangat dekat dari kepala setiap orang. Maka ketika itu setiap
orang sangat ingin agar dirinya bisa bernaung di bawah suatu tempat
bernaung agar dapat terhindar dari panasnya sengatan matahari.
Alhamdulillah, Nabi Muhammad memberitahu kepada kita umatnya, ilmu
mengenai apa saja perbuatan yang bila dikerjakan selagi hidup di dunia
yang fana ini, dapat menyebabkan hadirnya naungan di hari Kiamat. Oleh
sebab itu seorang muslim yang cerdas pasti bersemangat mencari
tahu perbuatan apakah gerangan itu. Seorang muslim yang cerdas sangat
peduli
dengan apa-apa yang memastikan dirinya selamat dan sukses dalam
kehidupan di alam abadi akhirat, sesudah ia meninggalkan dunia fana.
Bahkan lebih jauh daripada itu, seorang mukmin pasti berusaha sekuat
tenaga mengamalkan ilmu tersebut agar janji yang ada bersamanya menjadi
kenyataan kelak di hari tidak ada naungan kecuali naungan yang datang
dengan izin dan ridho Allah. Itulah sebabnya seorang muslim tidak akan
pernah puas mendalami sekedar ilmu yang sebatas demi kepentingannya
hidup di dunia fana ini. Ia pasti akan giat memperluas wawasan ilmunya
hingga mencakup perkara sesudah kematiannya. Demikianlah permohonannya
kepada Allah:
اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا
”Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia pusat perhatianku dan batas pengetahuanku.” (HR Tirmidzi)
Seorang beriman sangat paham bahwa bila ia hanya memiliki pengetahuan
yang bermanfaat sebatas untuk kepentingan dan kemaslahatan hidupnya di
dunia belaka, maka itu tidaklah terlalu strategis. Maka iapun mencari
tahu apa saja pengetahuan yang menyebabkan dirinya mengerti hal-hal yang
akan dialaminya setelah kehidupannya di dunia. Dan semua ilmu tersebut
hanya mungkin ia dapatkan berdasarkan informasi dari Allah dan Rasul-Nya
semata. Sebab semua ilmu yang melewati batas dunia termasuk ilmu
mengenai hal-hal yang ghaib. Dan itu tidak bisa diketahui kecuali bila
datang dari Allah Yang Maha Tahu perkara ghaib maupun nyata. Bahkan Nabi
Muhammad tidak akan bisa menjelaskannya kecuali karena beliau sendiri
telah diberitahu Allah.
Di antara keterangan Rasulullah ialah hadits yang menyatakan bahwa
naungan orang beriman di hari Kiamat sangat terkait dengan kebiasaannya
mengeluarkan sedekah sewaktu hidupnya di dunia. Ketika di padang Mahsyar
setiap orang menunggu giliran dirinya diadili serta timbangan kebaikan
dan keburukannya diperhitungkan, maka semua orang bakal merasakan
panasnya matahari di atas kepala masing-masing. Namun orang-orang yang
bersedekah bakal memperoleh naungan dari matahari karena sedekahnya itu
hingga hukuman alias vonis ditetapkan di antara manusia.
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول :
كُلُّ امْرِئٍ فِي ظلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَاسِ ، أو قال :
حَتَّى يُحْكَمَ بَيْنَ النَّاسِ قال يزيد :
فَكَانَ أَبُو الخَيْرِ لَا يُخْطِئُهُ يَومٌ إلَّا تَصَدَّقَ مِنْهُ بِشَيْءٍ ،
أَوْ كَعْكَةً أَوْ بَصَلَةً أوْ كَذا
“Setiap orang berada di bawah naungan sedekahnya (pada hari
Kiamat) hingga diputuskan di antara manusia atau ia berkata: “Ditetapkan
hukuman di antara manusia.” Yazid berkata: ”Abul Khair tidak pernah
melewati satu haripun melainkan ia bersedekah padanya dengan sesuatu,
walaupun hanya sepotong kueh atau bawang merah atau seperti ini.” (HR
Al-Baihaqi – Al-Hakim – Ibnu Khuzaimah)
Dalam hadits riwayat Imam Ahmad Nabi Muhammad dengan jelas dan tegas menyatakan sebagai berikut:
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ظِلُّ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَدَقَتُهُ
Bersabda Rasulullah saw: “Naungan orang beriman di hari Kiamat adalah sedekahnya.” (HR Ahmad)
Saudaraku, marilah kita rajin bersedekah agar memperoleh naungan di
hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Sungguh beruntung orang
beriman yang melazimkan dirinya setiap hari mengeluarkan sedekah sebagai
bentuk investasi cerdas untuk melindungi dirinya di hari yang sungguh
sangat menyulitkan dan menakutkan kebanyakan manusia. Seperti yang
dikatakan oleh periwayat hadits di atas yakni Yazid: ”Abul Khair
tidak pernah melewati satu haripun melainkan ia bersedekah padanya
dengan sesuatu, walaupun hanya sepotong kueh atau bawang merah atau
seperti ini.”
Dan ketahuilah saudaraku, jangan pernah memandang remeh pemberian
yang engkau keluarkan. Sebab bukan banyaknya sedekah yang menyebabkan
naungan di hari Kiamat, melainkan keikhlasan kitalah yang
menyebabkannya. Sehingga dalam hadits lainnya Nabi bahkan bersabda
sebagai berikut:
قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحْقِرَنَّ
مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah kamu meremehkan sedikitpun perbuatan ma’ruf, sekalipun
kamu sekedar menemui saudaramu dengan wajah berseri.” (HR Muslim)
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الْمِسْكِينَ لَيَقُومُ عَلَى بَابِي فَمَا أَجِدُ لَهُ شَيْئًا
أُعْطِيهِ إِيَّاهُ فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ لَمْ تَجِدِي شَيْئًا
تُعْطِينَهُ إِيَّاهُ إِلَّا ظِلْفًا مُحْرَقًا فَادْفَعِيهِ إِلَيْهِ فِي يَدِهِ
“Ya Rasulullah, semoga Allah memberikan rahmat kepadamu.
Sesungguhnya seorang miskin berdiri di depan pintu rumahku, maka aku
tidak menemukan sesuatu yang bisa aku berikan kepadanya.” Maka
Rasulullah saw bersabda kepadanya: ”Jika kamu tidak menemukan sesuatu
yang bisa kamu berikan kepadanya selain kuku binatang yang dibakar, maka
serahkanlah kepadanya di tangannya.” (HR Tirmidzi)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kelemahan dan kemalasan serta sikap pengecut dan kebakhilan.” (HR Muslim)
0 komentar:
Posting Komentar